Tuesday, January 29, 2008

Jika mau 'ngatur pasti bisa diatur dan teratur

Hari ini saya naik mobil karena ada urusan. Masuk Jalan Pramuka (dari bypass) jam 8.05. Jalur reguler ramai sekali, tapi mengalir terus.  Seorang petugas transjakarta menjaga putaran dekat halte BPKP, memakai kacamata hitam dan membawa tongkat bambu besar. Jadi jalur steril, mobil Mabes TNI saja sampe ngga berani menerobos.

Jam 8.15 sampai ke putaran dekat halte Utan Kayu. Seorang petugas BLU preman (yang bawa radio HT) yang menjaga putaran, mempersilahkan 5-6 mobil masuk jalur busway setiap ada jeda antar bus transjakarta.
Jam 8.20 saya sudah sampai Matraman.

Secara umum, sepertinya jalur reguler lebih lancar setelah sistem ini dijalankan sejak minggu lalu. Memang rada aneh sih, tapi itu kenyataannya. Sebelum putaran BPKP dijaga, perlu waktu lebih dari 15 menit bagi mobil pribadi yang sopan untuk sampai ke Matraman.
Tentu saja, dengan sistem ini mobil pribadi penerobos jalur bus jadi terpaksa ikut sopan dan tidak bisa secepat ketika dengan leluasa menerobos jalur dan merugikan kepentingan umum.

Pengamatan terakhir, dalam 15 menit saya melewati Jalan Pramuka, ada 4-5 bus JTM yang lewat, sehingga hampir seluruh halte kosong dan penumpang tidak berdesakan dalam bus.
Diskresi untuk membiarkan 5-6 mobil masuk jalur bus juga tidak membuat jalur bus macet.

Terima kasih kepada JTM dan petugas lapangan transjakarta. Semoga prestasi ini berkelanjutan. Sekarang saya sudah 100% pindah ke transjakarta. Hanya bawa mobil kalo ada keperluan khusus.

daniel di suaratransjkarta

Read More...

Saturday, December 29, 2007

Denah rute koridor 4

Pulogadung - Dukuh Atas 2

Pulogadung
Pasar Pulogadung
TU Gas
Layur
Velodrome
Sunan Giri
UNJ
Pramuka LIA
Utan Kayu
Pasar Genjing
Matraman 2
Manggarai
Pasar Rumput
Halimun
Dukuh Atas 2

Read More...

Thursday, November 1, 2007

Ruas-ruas mixed-traffic

1. Jl Pramuka - underpass
2. Jl Matraman Dalam hingga Jl Proklamasi
3. Jl Tambak

Kebijakan yang memperbolehkan kendaraan umum melaju di busway Koridor I hingga VII menimbulkan pro-kontra. Sejumlah penumpang Transjakarta mengeluhkan dipakainya jalur tersebut oleh kendaraan umum, karena makin memperlambat perjalanan. Namun, tak sedikit pula penumpang yang tidak mempermasalahkan hal itu, sepanjang ketentuan tersebut tidak diberlakukan selamanya.

"Kalau begini, namanya bukan busway lagi. Sudah tidak ada istimewanya lagi. Seharusnya, busway menjadi prioritas angkutan massal yang cepat, nyaman, aman. Tetapi nyatanya, sudah tidak cepat lagi karena terhalang kendaraan lain," ujar Santo, warga Tanjung Duren, Jakarta Barat, pelanggan bus Transjakarta Koridor III, Kalideres-Harmoni, Selasa (13/11) pagi.

Menurut Santo, sebelum adanya kebijakan tersebut, busway sering diserobot kendaraan lain, padahal tidak ada izin dari petugas. "Itu saja sudah macet. Apa- lagi diperbolehkan. Biasanya, saya dari Harmoni ke Grogol hanya 30 menit, sekarang bisa mencapai satu jam," keluhnya.

Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta diminta membatalkan kebijakan tersebut. "Yang perlu, tambah armada Koridor I-VII. Armada kurang, malah kendaraan umum bisa masuk jalur busway, makin semrawut," ujarnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Jaya, warga Kalideres, Jakarta Barat. Menurutnya, diperbolehkannya kendaraan umum masuk busway, bukan solusi. Seharusnya, perbaiki infrastruktur, tambah feeder yang layak dan banyak.

Lain halnya dengan Dwi, warga Grogol, Jakarta Barat, yang tidak mempersoalkan dipakainya jalur tersebut oleh kendaraan umum. Dwi, yang sehari-harinya bekerja di kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat, menilai, kebijakan tersebut sangatlah fair, mengingat kondisi kemacetan di jalur arteri sangat parah.

Ia mengusulkan, para pejabat Pemprov DKI Jakarta memberi teladan kepada warga. "Tinggalkan mobil pribadi di rumah, terus naik mobil dinas atau bus Transjakarta," usulnya.

Sementara itu, pantauan SP di kawasan Cililitan, Cawang, dan Otista, Selasa pagi, menunjukkan bahwa kendaraan reguler masih lebih banyak melintas di jalur umum. Kendati begitu, kemacetan tetap terjadi di Jalan MT Haryono arah Cawang-Pancoran.

Kendaraan pribadi dan umum yang melintas di busway tampak mengganggu perjalanan bus Transjakarta. Salah seorang calon penumpang, Damayanti Retnoningsih, membatalkan niatnya naik bus Transjakarta karena menilai sama saja dengan naik kendaraan umum lainnya.

Pemberlakuan buka-tutup busway belum diketahui oleh semua pengguna jalan. Terkait hal tersebut, Kasat Lantas Polres Jakarta Pusat, Kompol Slamet Asnan mengakui, sosialisasi sudah dilakukan polisi, tapi supaya maksimal harus ada koordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum.

Bukan Solusi

Pengamat transportasi Harya Setyaka dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), yang dihubungi SP, Senin, mengatakan, sistem buka tutup busway Koridor I-VII bagi angkutan selain Transjakarta, bukan solusi jangka pendek yang efektif untuk mengatasi kemacetan di Ibukota. "Buktinya, kemacetan masih saja terjadi. Persoalannya karena jumlah kendaraan pribadi lebih banyak menguasai ruas jalan, bukan karena busway merampok satu ruas jalan," katanya.

Menurut Harya, solusi jangka pendek yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan jumlah petugas yang mengatur lalu lintas saat jam sibuk. "Mereka harus tegas menertibkan angkutan umum yang ngetem sembarangan juga parkir on street di sembarang tempat. Kalau ini berjalan, kemacetan akan berkurang," ujarnya.

Upaya lain, membatasi penggunaan kendaraan pribadi dan menetapkan tarif parkir on street (badan jalan) yang mahal di dalam Kota Jakarta. Dengan demikian, pemilik kendaraan pribadi akan berpikir dua kali untuk menggunakan kendaraan pribadi, kecuali untuk kebutuhan mendesak.

Ia menambahkan, secara teknis, kebijakan pembukaan busway untuk angkutan umum lainnya, bukan kendaraan pribadi pun tidak memungkinan. "Problem akan muncul saat menaikkan dan menurunkan penumpang. Sebab, busway berada di jalur cepat. Bisa menimbulkan kemacetan baru, bahkan kecelakaan," kata Harya.

Senada dengan itu, pengamat transportasi dari Institut Study Transportasi (Instran), Darmaningtyas mengatakan, kemacetan saat konstruksi busway sifatnya hanya sementara. Kenyataannya, tanpa membangun busway pun, jalanan di Jakarta sudah macet karena ruas jalan tidak sebanding dengan kendaraan. "Pembatasan kendaraan pribadi tak bisa ditunda lagi, salah satunya dengan mengefektifkan park and ride di ujung-ujung terminal busway yang berdekatan dengan daerah penyangga Jakarta atau kawasan permukiman," katanya.

Hal itu untuk memudahkan pemilik kendaraan pribadi menitipkan kendaraannya dan beralih menggunakan Transjakarta. "Contohnya di Ragunan, setiap hari sekitar 200 mobil pribadi diparkir di sana, dan pemiliknya naik Tranjakarta untuk beraktivitas," ujar Darmaningtyas

Sementara itu, Kepala Di nas Perhubungan DKI Jakarta, Nurrahcman, Selasa, mengatakan, pembukaan jalur busway untuk umum malah mengurangi kinerja busway.

"Saya sendiri kurang yakin mengenai keefektifan kebijakan tersebut. Namun, karena diperintahkan, saya akan tetap melaksanakannya. Setiap minggu akan ada evaluasi terhadap hal ini," ujarnya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto menambahkan, pembukaan busway Koridor I sampai VII hanya dilakukan pada saat tidak dilewati armada Transjakarta. "Kalau lajur kosong, silakan kendaraan lain diizinkan lewat. Tapi begitu ada armada Transjakarta, tetap harus jadi prioritas. Itu sudah jadi kesepakatan Muspida DKI," tandasnya. [Suara Pembaruan 13 Nopember 2007]

Read More...

Monday, October 8, 2007

Tidak bisa ke Pulo Gadung?

Pihak operator mengumumkan sejak hari minggu (7 Oktober) arah Pulogadung hanya bisa sampai ke Shelter TUGAS dan memutar kembali menuju Dukuh Atas. Pasalnya terminal Pulogadung dipenuhi bus Antarkota/Antarprovinsi yang bersiap mengangkut pemudik.
Untuk hari ini akan disesuaikan dengan keadaan, jika memungkinkan maka akan melalui shelter Pasar Pulo Gadung.

Read More...

Saturday, September 15, 2007

Neneng Hasanah

Puasa di Balik Kemudi TransJakarta

Namanya Neneng Hasanah. Pada hari-hari puasa seperti ini ia harus bersegera menyiapkan makanan sahur untuk anak-anaknya. Ia sendiri tak sempat menikmati makan sahurnya di rumah karena harus segera berangkat ke tempatnya bekerja.

Neneng, perempuan asli Depok itu segera menuju pool bus TransJakarta di kawasan Hek, Jakarta Timur. Setiap dinihari, pukul 03.15 WIB, dia meninggalkan rumah dan anak-anaknya menuju pool bus. Perempuan berwajah manis dengan bola mata besar itu merupakan satu dari puluhan pramudi bus TransJakarta busway koridor IV. Sehari-hari ia berada di balik kemudi yang cukup besar untuk ukuran seorang perempuan.

Tapi, Neneng tak melewatkan kewajiban puasa pada bulan Ramadhan ini. ''Saya makan sahur di pool. Semua pramudi makan sahur di pool,'' kata dia. Di rumah ia hanya sempat membangunkan puteri-puterinya untuk bersantap sahur, menemani sebentar dan kemudian berangkat kerja. Persiapan makan sahur di rumah pun menurut dia tidak repot. Jika tak sempat memasak, ia membeli makanan yang diinginkan anaknya. ''Supaya anak-anak semangat, saya tanya dulu apa yang mereka inginkan untuk makan sahur.''

Jam kerja tidak berubah. Neneng mengaku tak merasa berat menjalankan puasa dari balik kemudi. ''Pekerjaan saya memang di balik stir ini,'' katanya. Dan ia mengaku amat menikmati pekerjaannya. Hanya bedanya, jika hari-hari biasa ia banyak minum maka pada saat puasa, seharian dia tidak minum.

Neneng mengaku puasa kali ini dia lebih mudah menyiapkan makan sahur. ''Dulu sering telat dan harus selalu pasang alarm,'' kata ibu tiga anak yang masih tampak belia itu. Sekarang, kata dia, setelah terbiasa bangun dinihari untuk berangkat kerja, maka tubuhnya secara otomatis menyesuaikan. ''Pokoknya setiap jam 02.00 WIB, saya sudah pasti bangun. Tanpa pasang alarm sekalipun,'' kata dia. Neneng memang baru dua bulan menjadi pramudi TransJakarta. Sebelumnya selama lima tahun ia bekerja di perusahaan biro jasa.

Neneng mengaku sebagai pramudi perempuan, perusahaan PT JTM memberikan perlakuan khusus. Pramudi perempuan hanya bekerja pada shift pagi. Jadi mereka mulai hadir di pool pukul 04.00 WIB dan selesai bertugas rata-rata pukul 13.30-14.00 WIB. Setelah itu Neneng kembali ke rumah. Dia masih sempat menyiapkan menu buka puasa untuk keluarganya sebelum istirahat.

''Saya senang jadi pramudi. Apalagi jika bisa lolos membawa bus dari lalu lintas yang semrawut seperti di Jl Tambak dan Terminal Pulo Gadung. Rasanya seneng banget bisa lolos,'' tambah perempuan yang mengaku bisa menyetir mobil sejak usia remaja. Menurut Neneng, menjadi pramudi busway butuh perhatian ekstra.

Jalur busway sering diserobot kendaraan roda dua dan juga pejalan kaki yang menyeberang tidak pada tempatnya. ''Ini bus besar. Apalagi kalau banyak penumpang, bus tidak bisa direm mendadak.'' Sedangkan, sepeda motor dan penyeberang jalan kadang masuk jalur busway secara tiba-tiba. Karena itu, dia meminta perhatian pengguna jalan untuk menaati rambu karena bukan hanya pengendara motor atau pejalan kaki yang dirugikan tapi juga pengemudi. [tid] - REPUBLIKA

Read More...

Monday, August 6, 2007

Masalah di koridor 4-7

Dishub Akan Bersikap Tegas terhadap Operator Penyedia Armada

Realisasi proyek bus transjakarta dengan jalur khusus atau busway lanjutan untuk Koridor IV, V, VI, dan VII mengkhawatirkan. Berpijak pengalaman koridor sebelumnya, terdapat berbagai hambatan yang tidak teratasi dengan baik.

"Masalah yang paling utama, sesuai komitmen, adalah penyediaan armada bus transjakarta harus berbahan bakar gas. Padahal, suplai maupun kualitas bahan bakar gas masih menjadi persoalan pihak operator bus transjakarta," kata Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Soetanto Soehodho, Jumat (11/8).

Selanjutnya, hambatan itu terletak pada konsistensi penyediaan jumlah armada setiap koridor. Soetanto mengatakan, jangan sampai infrastruktur Koridor IV, V, VI, dan VII nanti selesai dibangun, tetapi kesiapan 203 bus yang dibutuhkan itu tersendat.
Berkaca pada Koridor II dan III dengan operator dari konsorsium Transbatavia yang memiliki kewajiban menyediakan 126 armada bus, tetapi hingga kini hanya tersedia 63 bus dan akhir bulan nanti diperkirakan bertambah lima armada bus lagi. "Sebelum melangkah pada koridor berikutnya, seharusnya ada monitor dan evaluasi pada koridor yang sudah ada," kata Soetanto.

Kelemahan pada ketersediaan armada bus disebabkan penunjukan anggota konsorsium yang terbatas pada perusahaan penyedia angkutan umum yang berimpitan dengan jalur bus transjakarta. Menurut Soetanto, ke depan perlu dibuka peluang bagi investor yang benar-benar mampu secara konsisten memenuhi kewajibannya.
"Investor dari perusahaan taksi, misalnya. Perusahaan itu juga mungkin menjadi anggota konsorsium operator bus transjakarta," kata Soetanto.

Secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan DKI Nurachman mengatakan, masalah ketersediaan armada bus transjakarta yang lambat pada Koridor II dan III memang sepenuhnya tanggung jawab anggota-anggota konsorsium. "Dinas Perhubungan akan bersikap tegas dengan memberi batas waktu pemenuhan armada sebagai kewajiban anggota-anggota konsorsium," katanya.

Saat ini ketersediaan bus transjakarta untuk Koridor I menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI. Untuk Koridor II dan III menjadi tanggung jawab konsorsium Transbatavia dengan anggota perusahaan Mayasari Bhakti, Metro Mini, PPD, dan Steady Safe.
Menurut Nurachman, hanya Mayasari Bhakti yang sudah memenuhi kewajibannya dalam menyediakan armada bus bagi Koridor II dan III. Ini akan disusul Metro Mini yang akan menyerahkan lima armada bus akhir bulan nanti.

Sementara itu, juru bicara PT Kereta Api (KA) Daops I dan Divisi Jabotabek, Achmad Sujadi, mengatakan, sebenarnya jembatan perlintasan Gunung Sahari yang disebut-sebut menjadi kendala pembangunan Koridor V tak perlu terlalu dirisaukan. Tetap selalu ada jalan keluar jika Pemprov DKI dan pelaksana proyek itu melakukan koordinasi dengan Bagian Jalan dan Jembatan pada Daops I PT KA untuk mengatasinya. Pihak PT KA bersedia meninggikan atau menaikkan jembatan perlintasan tersebut.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Whisnu Subagyo mengatakan, saat ini dia sedang melakukan koordinasi dengan Nurachman untuk uji coba bus transjakarta melewati kolong jembatan itu. (NAW/CAL)Kompas

Read More...

Thursday, July 19, 2007

Operator koridor 4

PT. Jakarta Trans Metropolitan untuk koridor IV dan VI

Kebutuhan bus 88 unit dipenuhi oleh anggota konsorsium: Mayasari Bakti yang memiliki kewajiban menyediakan 18 unit, PPD 12 unit, Steady Safe 21 unit sementara 37 melalui proses lelang [ant].

Direktur Utama Atang Sutisna
Direktur Umum dan Keuangan Daryono
Direktur Operasi dan Teknik I Gusti Ngurah Oka

Read More...